Mahasiswa Sumsel yang menimba ilmu di Libya dan Yaman
Mahasiswa Sumsel yang menimba ilmu di Libya dan Yaman sebanyak 23 orang sampai saat ini tidak ada kabar beritanya. Begitu pula dengan mahasiswa Sumsel di Siria sebanyak 10 orang dan Sudan 15 orang. Ketua tim evakuasi mahasiswa Sumsel Sholeh mengungkapkan, umumnya orang Sumsel yang berangkat ke Mesir, Libya, Yaman, Sudan, dan Siria berstatus mahasiswa.
“Untuk mahasiswa yang menimba ilmu di Mesir sudah kita dapatkan datanya. Ada 93 yang dievakuasi dan saat ini 16 orang telah kita berangkatkan kembali mengingat kondisi di sana mulai kondusif,” ujarnya melepas 16 mahasiswa Sumsel ke Mesir di Bandara SMB II Palembang kemarin. Sholeh menyatakan, kondisi mahasiswa asal Sumsel di Libya sampai saat ini tidak diketahui apakah dalam kondisi baik atau tidak. Apalagi, sempat tersebar informasi sekelompok mahasiswa di Libya sempat terjebak dalam kerumunan massa.
Senada diungkapkan Armah Mareta, alumnus Uni-versitas Al Azhar, Kairo, Mesir,dari Kabupaten OI. Dia baru saja selesai kuliah. Saat dievakuasi, dia sangat cemas sehingga tidak akan kembali lagi ke Mesir. Namun, jika harus kembali untuk melanjutkan S-2, dia akan memilih Sudan sebagai tempat menimba ilmu. “Kalau harus kembali (kuliah), saya tidak ingin lagi ke Mesir.Selain studi lama, paling cepat 10 tahun, belajar kurang kondusif karena terlalu banyak organisasi. Jadi, saya akan nyambung lagi S-2 di Sudan yang cukup baik,”tandasnya. Demikian catatan online Gerbang Type Approval tentang Mahasiswa Sumsel yang menimba ilmu di Libya dan Yaman.
“Untuk mahasiswa yang menimba ilmu di Mesir sudah kita dapatkan datanya. Ada 93 yang dievakuasi dan saat ini 16 orang telah kita berangkatkan kembali mengingat kondisi di sana mulai kondusif,” ujarnya melepas 16 mahasiswa Sumsel ke Mesir di Bandara SMB II Palembang kemarin. Sholeh menyatakan, kondisi mahasiswa asal Sumsel di Libya sampai saat ini tidak diketahui apakah dalam kondisi baik atau tidak. Apalagi, sempat tersebar informasi sekelompok mahasiswa di Libya sempat terjebak dalam kerumunan massa.
“Untuk mahasiswa yang ada di Libya,Yaman dan lainnya, kita tidak ada informasi. Kita kesulitan untuk menghubungi mereka,” katanya. Sementara itu, M Ishak, mahasiswa Al Azhar,Kairo,Fakultas Ushuluddin, tingkat akhir, mengaku masih khawatir kembali ke Mesir. “Kekhawatiran masih ada, tapi tidak seperti dulu. Keamanan belum normal secara tuntas. Akan tetapi, karena cita-cita,mau nggak mau harus kembali ke Mesir. Apalagi saya akan melakukan ujian, jika tidak, akan banyak ketinggalan pelajaran,”ucapnya.
Senada diungkapkan Armah Mareta, alumnus Uni-versitas Al Azhar, Kairo, Mesir,dari Kabupaten OI. Dia baru saja selesai kuliah. Saat dievakuasi, dia sangat cemas sehingga tidak akan kembali lagi ke Mesir. Namun, jika harus kembali untuk melanjutkan S-2, dia akan memilih Sudan sebagai tempat menimba ilmu. “Kalau harus kembali (kuliah), saya tidak ingin lagi ke Mesir.Selain studi lama, paling cepat 10 tahun, belajar kurang kondusif karena terlalu banyak organisasi. Jadi, saya akan nyambung lagi S-2 di Sudan yang cukup baik,”tandasnya. Demikian catatan online Gerbang Type Approval tentang Mahasiswa Sumsel yang menimba ilmu di Libya dan Yaman.