Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dikenal Sebagai Juragan Tanah Di Tapos

Masih ingat anda dengan postingan sebelumnya di Blog Type Approval Indonesia? Ya, Wirausaha Jalan Menuju Sukses, dan kali ini type approval indonesia akan membahas tentang artikel yang diberi judul Dikebal sevagai Juragan Tanah di Tapos. Menurut Type Approval Indonesia selain memiliki sejumlah rumah mewah, Bahasyim Assifie, mantan pegawai Direktorat Jenderal Pajak itu, punya puluhan hektare lahan perkebunan.

Dikenal Sebagai Juragan Tanah Di TaposLahan tersebut berada di dua wilayah, yakni RT 1/20 dan dan RT 3/19 Kampung Kebayunan, Kecamatan Tapos, Kota Depok, Jawa Barat. Di RT 1 Bahasyim memiliki lahan seluas 10 hektare. Lahan itu ditanami kelapa, rambutan, dan buah lainnya. Lahan itu juga digunakan sebagai tempat pembudidayaan ikan. Di dalamnya terdapat sebuah rumah berukuran cukup besar. Pengamanan kompleks ini terlihat sangat ketat. Lahan 10 hektare itu dikelilingi dua lapis pagar setinggi lima meteran. Pagar satu dengan lainnya berjarak sekitar lima meter dilengkapi pintu yang terbuat dari baja. Tak hanya itu, bagian depan lahan juga terdapat satu pos keamanan.

Ketika mengunjungi lahan itu kemarin Seputar Indonesia dan sejumlah wartawan tidak diizinkan masuk. Ketika para petugas keamanan mengetahui yang datang adalah wartawan, mereka langsung lari dari pos dan masuk ke dalam lahan. Akhirnya salah seorang petugas menampakkan diri. Dari dalam pos keamanan petugas itu secara halus meminta wartawan pergi. Maaf ya, kami sedang bekerja. Jangan diganggu, ujarnya. Petugas itu tak mau menjawab siap pemilik lahan yang mereka jaga. Persis di depan lahan tersebut terdapat satu lagi lahan milik Bahasyim. Lahan yang hanya dipisahkan jalan dari lahan sebelumnya, masuk wilayah RT 3/19, Kelurahan Tapos, Kecamatan Tapos. Lahan tersebut persis bersebelahan dengan SDN Kebayunan.

Ukurannya sedikit lebih kecil dari lahan yang pertama. Bentuknya pun tidak persegi, karena masih terdapat sebuah rumah yang belum masuk dalam pagar kompleks ini. Menurut Sahati, 42, warga RT 3/19 yang rumahnya persis di samping kompleks, Bahasyim membeli lahan itu sekitar 1,5 tahun lalu. Sebelum dibeli Bahasyim, di lahan tersebut berdiri tiga unit rumah milik warga. Satunya milik Ahad, orang sini juga. Sekarang dia pindah ke bawah. Yang lain milik orang Jawa, ungkapnya. Masing-masing rumah dan lahan, kata Sahati, dibeli oleh Bahasyim dengan harga sekitar Rp 300juta– 400 juta. Namun, lahan tersebut ternyata belum cukup bagi Bahasyim. Sekitar tiga pekan lalu Bahasyim membeli rumah milik M Latif yang berbatasan langsung dengan lahannya. Katanya sihharganya sekitar Rp200 juta, ungkapnya.

Saat didatangi Latif dam keluarga tidak ada. Menurut Sahati, Latif dan keluarganya berada di rumah sakit menunggui salah seorang anaknya yang sedang dirawat. Selain lahan tersebut Bahasyim memiliki satu lahan lagi dengan luas yang sama. Siti, tetangga Sahati, mengungkapkan bahwa dilingkungan tersebut Bahasyim dikenal sebagai sosok yang enggan berinteraksi dengan tetangga. Dia datang ke sini tiap Sabtu dan Minggu, tapi tidak pernah mau menyapa tetangga, ujar Siti. Selain itu, beberapa kali warga pernah bersitegang dengan pegawai perkebunan Bahasyim.Penyebabnya, warga mengambil buah dari pohon milik Bahasyim yang menjulur keluar pagar. Kami sempat ribut dengan pegawainya. Mereka minta buahnya dikembalikan.

Mau kami bayar mereka menolak. Katanya kalau duit mereka punya banyak, bebernya. Pernyataan tersebut dibenarkan Ridin, Ketua RW 20. Menurut dia, selama memiliki lahan dan rumah di tempat itu Bahasyim sama sekali tidak pernah terlibat dalam kegiatan warga. Bahasyim juga tidak pernah ikut menyumbang dana untuk kegiatan warga. (Bahasyim) tidak pernah mau peduli. Untuk swadaya saja tidak mau membantu. Bangun-bangun jalan kampung sekitar sini yang rusak semuanya dari swadaya warga. Dia tidak pernah mau ikut, ungkapnya. Ridin menyebut Bahasyim sebagai juragan tanah. Hampir setiap tahun, sejak 10 tahun terakhir, Bahasyim selalu membeli tanah dari warga. Anehnya, semua proses transaksi tersebut tidak pernah melibatkan RT atau RW setempat. Kami tidak pernah dianggap.

Setiap jual beli dia lakukan sendiri, bebernya. Harga tanah di sekitar Kampung Kebayunan berkisar Rp1 juta per meter. Jika luas tanah milik Bahasyim sekitar 50 hektare, maka total nilai aset tanahnya bisa mencapai Rp500 miliar. Sebelumnya diberitakan, Bahasyim disebut-sebut memiliki lima rumah mewah di Jakarta. Dua di antaranya terletak di Menteng, Jakarta Pusat; tiga lainnya berada di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan. Selain itu dia juga punya rumah di Perumahan Jaka Permai Blok BE 27 RT 1/06A,Jakasampurna, Bekasi Barat.