Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wirausaha Jalan Menuju Sukses

Sekedar mengingatkan saja bahwa pada postingan sebelumnya pada blog Type Approval Indonesia membahas tentang Tewasnya 3 Teroris di Pamulang, dan kali ini type approval akan membahas sedikit tentang berwirausaha. Menurut informasi yang didapat melalui mesin pencari google bahwa proses produksi furnitur untuk menjaga kualitas perlu kerja keras.

Jika anda ke Bengkel milik Basyri di Dusun Telagasari, Desa Balang Wetan, Kecamatan Klaten Utara, suara bising menyambut kita saat memasuki bengkel tersebut. Dalam bengkel tersebut pastinya anda akan berjumpa dengan Basyri yang sedang mengawasi langsung proses produksi furnitur miliknya.

Wirausaha Jalan Menuju SuksesBunyi-bunyian gergaji, bor, serutan yang digerakkan dengan tenaga listrik saling menimpali dengan irama ketukan palu. sementara potongan kayu terletak pada setiap sudut ruangan berdinding campuran antara anyaman bambu dan batu bata seluas 12x6 meter.

Menurut informasi bahwa diantara kayu-kayu batangan tersebut ada bufet, almari, rak buku, yang masih dalam proses pengerjaan, dan bentuknyapun masih setengah jadi. Ditengah suasana serbariuh inilah Basyri Ramhadi dan kakaknya, Syaifuloh Rohmanto yang berumur kurang lebih 42 tahun serta enam pekerja mereka dalam memproduksi aneka furnitur.

Rata-rata dalam waktu satu bulan, Basyri mengirim produk furniturnya tersebut ke toko langganan di Kalasan, Sleman DIY dan Muntilan, Magelang. Menurut informasi bahwa Basyri sekali kirim produk furnitur, paling tidak menyetor 10 unit furnitur aneka rupa sehingga minimal penghasilannya sekitar Rp 25 juta. Dengan demikian dalam satu bulan setorannya paling tidak bernilai Rp 50 juta.

Menurut informasi yang di dapat pada awalnya saya bekerja pada kakak (Syaifudin). Benar-benar dari nol, belajar mengolah kayu, mulai menggergaji, ngebor, dan lain-lain, ujar Basyri pada sore hari yang sejuk di rumahkeluarganya akhir Maretlalu. Basyri yang selalu mengenakan kaus oblong dan celana pendek saat bekerja mengaku ingat benar saat dirinya mulai nguli pada kakaknya sekitar tahun 1998.Waktu itu, baru saja dia memutuskan untuk kembali ke desa setelah lebih dari 4,5 tahun merantau ke Bandung.

Di Kota Kembang ini, dia bekerja pada sebuah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).Namun dia tidak tahan karena pekerjaan ini membuatnya sering melakukan kecurangan takaran bahan bakar, sesuatu yang lazim dilakukan petugas pengisian. Pilihan waktu itu dilematis, tetap bekerja yang artinya terus-menerus melakukan kecurangan atau dijauhi teman-teman karena sok suci.

Dia juga merasa pekerjaannya monoton, hanya menuang bensin atau solar pada kendaraan konsumen. Selain itu tidak ada. Setelah dilandakebosanan yang akut dan didera rasa bersalah yang mengejarngejarnya, Basyri akhirnya pulang. Saat kembali ke dunia pertukangan, Basyri harus berusaha keras mengingat-ingat kembali teknik-teknik yang pernah dikenalnya saat masih anak-anak.

Dia mulai belajar dari teknik-teknik dasar seperti memotong kayu, menghaluskan, menyambung, dan membuat pola. Sampai akhirnya dirinya bisa merancang bentuk produk hingga mengerjakan sendiri. Sebelum Basyri menggeluti bisnisnya sekarang, kakaknya sudah terlebih dahulu terjun, tepatnya setelah sang ayah, Maryadi Toto Hartono, meninggal sekitar tahun 1988. Syaifudin yang saat itu baru lulus sekolah menengah atas (SMA) tidak melanjutkan ke jenjang kuliah karena ingin meneruskan usaha peninggalan almarhum ayah mereka.

Dua tahun Basyri magang mengolah kayu, sang kakak mulai mendorongnya untuk mandiri. Sekitar tahun 2000 Basyri mulai diarahkan untuk membangun usaha sendiri, tidak lagi sekadar bekerja kepadanya. Maka, mulailah Basyri dengan usaha barunya, yaitu finishing atau penyelesaian akhir barang-barang furnitur. Klien pertama usaha barunya adalah produk dari sang kakak.

Diambilnya produk belum jadi, kemudian Basyri sendiri yang menghaluskan, merapikan, mengecat hingga barang tersebut siap dipasarkan, dan ternyata, menjalankan usaha sendiri tidak gampang. Tak berapa lama, Basyri mulai menemui banyak kesulitan, terutama dalam pemasaran. Dia kesulitan menawarkan produknya kepada pemilik toko meski kualitas barang buatannya tidak kalah dengan produk lama.

Selain itu, kendala modal juga ada. Modal pertama pinjaman dari BMT Klaten Utara, jumlah kreditnya Rp2 juta, ujarnya. Bapak yang sedang menanti kelahiran anak keduanya ini kemudian memutar akal. Pertama dirinya harus meyakinkan para juragan bahwa kualitas barang buatannya bisa bersaing dengan produkproduk yang telah ada di pasaran. Kemudian,dia juga harus menampilkan produk inovatif dan tidak ketinggalan zaman. Soal kualitas,Basyri tidak mainmain.

Dia mengawasi langsung seluruh proses pembuatan. Bahkan untuk beberapa bagian dirinya turun tangan sendiri seperti memoles dan mempercantik barang mentah yang dia ambil. Basyri beruntung, sang kakak lagi-lagi memberi bantuan. Tempo pembayaran barang buatannya diperpanjang, Basyri diperbolehkan untuk membayar setelah barangnya laku dijual. Tiba saatnya Basyri memperbesar usaha.

Kali ini, dia berusaha mengembangkan seperti yang ditekuni kakaknya selama ini, yaitu sebuah bengkel kerja yang menghasilkan produk furnitur. Dari mana modalnya? Saat itulah ibundanya, Siti Maesaroh, memasuki masa pensiun dari pekerjaannya. Basyri mendapatkan tambahan modal dari uang pensiun itu, jumlahnya Rp3,5 juta. Jumlah yang sama juga didapat kakaknya. Sebagian uang pensiunan disimpan sang ibu untuk dua adiknya yang masih duduk di bangku kuliah.

Suntikan modal dari sang ibu digunakan untuk membeli beberapa meter kubik kayu jati sebagai bahan baku. Debut Basyri sebagai pengusaha pun dimulai dengan memenuhi pesanan toko furnitur di daerah Gamping, Kabupaten Sleman. Jumlahnya lumayan, cukup untuk menggandakan modal dan membeli bahan baku lebih banyak. Kemudian, Basyri mulai mengembangkan pemasaran ke wilayah Jawa Tengah. Pilihannya jatuh pada Magelang,tepatnya di daerah Muntilan.

Wilayah ini tidak terlalu jauh sehingga dirinya bisa menghemat anggaran transportasi. Basyri belum mempunyai armada angkut sendiri sehingga harus menyewa angkutan yang memengaruhi besaran biaya produksi barang dagangannya. Saya mulai memisahkan diri dengan jalur pemasaran Mas Udin (Syaifudin) agar bisa lebih berkembang, ujarnya.

Basyri dengan bendera CV Anggun–diambil dari nama anaknya– memantapkan diri mengambil pasar kelas menengah. Karena itu, dia menggunakan bahan baku kayu jati dengan kualitas sedang. Alasannya, harga jualnya nanti bisa terjangkau oleh kalangan menengah. Berbeda jika dia menggunakan bahan baku jati dengan kualitas nomor satu, bisa dipastikan harga jualnya akan sangat mahal. Pada kelas ini, Basyri tampaknya berhasil menjaga kualitas.

Produknya tidak pernah lama dipajang pada show room toko funitur langganannya. Begitu dipajang, produknya langsung habis diambil pembeli. Bahkan, dirinya terus-menerus mendapat pesanan untuk membuat funitur dengan model tertentu. Konsumen suka dengan model dan harganya yang ekonomis. Kisarannya antara Rp1,7 hingga Rp3,5 juta. Kalau model, kami sesuaikan dengan keinginan pasar, ujarnya.

Belakangan, dirinya ikutsebuah program corporate social responsibility (CSR) PT Aneka Tambang. Perusahaan pemerintah yang bergerak dalam bidang pertambangan ini memberikan kredit usaha sebesar Rp30 juta yang dia manfaatkan untuk melebarkan usaha. Saat ini dia sedang mencari pasar baru untuk produk-produknya. Kemungkinan besar, wilayah pemasaran akan difokuskan pada wilayah barat dan selatan Jawa Tengah atau sekitar kawasan Banyumas dan Cilacap.

Kalau soal dana kredit, hambatannya selalu masalah agunan. Saya tidak punya agunan besar sebagai jaminan kredit, ujarnya. Kini, dia bersama dengan 30 orang pengusaha furnitur asal Desa Belang Wetan membentuk paguyuban, namanya Paguyuban Manunggal Jati. Paguyuban ini mendirikan show room produk bersama, terletak di salah satu ruas jalan Yogyakarta–Solo.

Dirinya berharap, dengan berserikat, akan banyak kemudahan, terutama dalam soal modal dan pemasaran. Kami ingin semakin banyak orang yang menjadi mandiri. Karena kesuksesan itu tidak datang pada orang-orang yang tidak berani mengambil risiko, perlu kerja keras untuk menuju kesuksesan, kerja keras adalah energi kita menurut type approval indonesia.