Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kembang Dewaretna

Pada postingan saya sebelumnya, saya menulis artikel tentang Anggada Balik, dan kali ini saya akan menulis artikel yang masih ada kaitannya dengan Anggada Balik, yaitu Kembang Dewaretna. Pada waktu itu prabu Dasamuka, raja Alengka, berpikir keras untuk memenangkan perang melawan bala tentara kera anak buah Ramawijaya. Untuk memenangkan perang, Dasamuka merebut Kembang Dewaretna dari tangan Batara Danaraja alias Batara Kuera. Sang Dewa berusaha mempertahankan, tetapi gagal. Ia kemudian menciptakan seekor kera berbulu kuning dari seekor kumbang yang selama ini selalu bersama dengan kembang dewaretna. Kera jadi-jadian itu dinamakan Kapi Pramuja, dan diperintahkan mengabdi kepada Sri Rama.

Setelah kapi pramuja menghadap Rama, ia diperintahkan mengambil kembali kembang dewaretna yang dirampas Dasamuka. Sebelum berangkat ke Alengka, Kapi Pramuja lebih dulu menghadap Batara Surya dan memohon agar dewa itu menciptakan seribu matahari. Sewaktu orang Alengka, termasuk prabu Dasamuka, sedang mengagumi sinar matahari dilangit, Kapi Pramuja menysup kekraton Alengka. Dengan penciumannya yang amat tajam, Kapi Pramuja berhasil menemukan kembang dewaretna dan membawanya kabur dari Alengka.

Dasamuka marah besar pada patih Prahasta karena hilangnya kembang dewaretna, karena Prahastalah yang disertai tanggung jawa. Raja Alengka itu mengingtkan bahwa Prahasta masih punya tanggung jawab lain. Tanggung jawab lain yang dimaksud yaitu menjaga pedang pusaka kyai mentawa. Prahasta harus mempertaruhkan jiwanya untuk menjaga pedang itu.

Pada waktu itu, setelah menerima kembang dewaretna atau bisa disebut dengan kembang dewandaru , Rama yakin bahwa prajurit keranya akan menang karena bunga sakti itu berkhasiat melindungi keselamatan para kera. Agar lebih yakin akan datangnya kemenangan, Rama memerintahkan patih Anila untuk merampas pedang kyai mentawa dari Alengka. Anila berangkat ke Alengka, dan untuk merampas pedang itu terpaksa berperang tanding dengan patih prahasta.

Anila kewalahan, dan melarikan diri, tetapi tetap dikejar Prahasta. Sesampainya di perbatasan Alengka dan Hutan dandaka, Anila melihat sebuah tugu batu. Segera dicabutnya tugu itu, dan digunakan untuk memukul kepala Prahasta. Seketika itu juga Prahasta roboh, dan gugur. Tugu yang digunakan sebagai gada lenyap, dan muncullah bidadari Dewi Indradi. Tugu itu merupakan penjelmaan dari Dewi Indradi yang dikutuk, setelah berubah ujud menjadi bidadari, ia segera kembali ke kahyangan. Demikian cerita kembang dewaretna yang dapat saya sampaikan, semoga dapat menambah pengetahuan anda.