Aksi Demonstrasi 100 Hari
Sekedar mengingatkan saja bahwa pada postingan saya sebelumnya, saya menulis artikel tentang Ada Kontes Seo Apa saja? Maksudnya ada kontes seo apa saja yang telah diikuti oleh blog ini. Ada tiga kontes yang sedang nggo kontes ikuti untuk saat ini, yaitu Festival Museum Nusantara, Peluang Usaha Ahasu Gnaulep, dan nowGoogle.com adalah Multiple Search Engine Popular, walaupun sebetulnya masih ada kontes lainnya lagi yang sedang berlangsung, tetapi nggo kontes tidak sanggup untuk mengikitinya, ikutan tiga kontes seo saja sudah keteter apalagi harus nambah kontes seo lagi, belum sanggup bos, hehehehe...
Menurut informasi yang saya dapatkan dari mesin pencari google bahwa sejumlah aksi demonstrasi mewarnai hari terakhir pelaksanaan program 100 hari pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan Wakil Presiden Boediono kemarin. Aksi melibatkan eksponen masyarakat, mahasiswa, dan lembaga swadaya Masyarakat (LSM). Demo bukan hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga di sejumlah daerah di Tanah Air. Secara Umum, Aksi yang di arahkan untuk mengkritik kinerja pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II dan beberapa isu lain ini berlangsung damai dan tertib. Insiden kecil hanya terjadi di Jakarta, Bandung, Jawa Barat, Pekanbaru, Riau, Makasar, dan Sulawesi selatan.
Di Jakarta, massa sempat melakukan aksi dorong dengan polisi yang berjaga tepat di pintu silang Monumen Nasional yang menghadap ke Istana Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara. Massa yang terlibat aksi saling dorong antara lain dari himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Kontras, dan Komite Aksi Serikat Buruh Indonesia.
Sejumlah tokoh seperti koordinator kontras Usman Hamid dan mantan anggota DPR Ali Mochtar Ngabalin juga tampak ikut berdemo. Dalam insiden tersebut, seorang aparat dari Samapta Polri terluka setelah terkena lemparan batu. Dari bandung dilaporkan, sekitar 5.000 pengunjuk rasa sempat terlibat dorong-mendorong dengan aparat di depan kantor Gubernur DPRD Jawa Barat di Kompleks Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung. Polisi juga mengamankan tiga pengunjuk rasa karena melempar balok kayu ke barikade Polri.
Merespons aksi demo tersebut, Presiden SBY mengimbau agar unjuk rasa dilakukan damai, tertib, dan tidak memakan korban jiwa. Menurutnya, dalam demokrasi unjuk rasa adalah hal biasa. Dia menyatakan akan mendengar kritik dan koreksi yang disampaikan. "Yang penting damai, jangan membuat korban. Kalau itu kembali (memakan korban jiwa) Jakarta bisa kembali ke 1998 (saat) rakyat susah dan kembali mundur,"ujar presiden, saat meresmikan Unit 1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Banten 2 di Labuan, Banten, kemarin.
Pada kesempatan tersebut presiden juga mengungkapkan bahwa akhir-akhir ini banyak orang membicarakan program 100 hari KIB II. Menurutnya, ibarat tangga lagu, program 100 hari pemerintah menjadi "Lagu" yang paling banyak di bicarakan. Presiden mengaku terlalu merespons tuntutan mundur karena di anggap gagal menjalankan program 100 hari. Padahal, ujar presiden, program 100 hari adalah program biasa.
Artinya, pemerintah melaksanakan agenda prioritas dalam 100 hari untuk kemudian di lanjutkan dalam lima tahun mendatang. Presiden juga menyatakan akan memaparkan pencapaian program 100 KIB II dalam waktu dekat. Dia berharap masyarakat bisa ikut serta memeriksa kebenaran dari pencapaian program 100 hari di lapangan." nanti tolong di cek di lapangan. Program 100 hari ini menjadi policypemerintah,"ujar SBY.
Aksi di Jakarta tersebar di beberapa tempat, yakni Istana Negara, Istana Wakil Presiden, dan Gedung DPR/MPR di Senayan. Selain itu, aksi di gelar di Bundaran Hotel Indonesia (HI) dan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jalan Rasuba Said. Kondisi kota jakarta kemarin terlihat lengang dibanding hari biasa, walaupun sejumlah massa jauh dari diperkirakan -Mencapai 40.000 Demonstran.
Masyarakat tampak memilih mengurangi aktivitas karena tak mau mengambil resiko terjebak dalam kemelut aksi. Kepolisian juga mengantisipasi unjuk rasa dengan mengalihkan sejumlah jalur. Jalur di Gedung DPR/MPR yang menuju ke Grogol harus masuk ke tol dalam kota atau dialihkan ke Jalan Asia-Afrika. Jalan Salemba Raya dialihkan melalui Jalan Cikini Raya. Dilokasi tersebut demonstran menutup jalan dan melakukan pembakaran ban.
Selain PMII dan HMI, tampak pula massa Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Gerakan Indonesia Bersih (GBI), Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP), Seriket Buruh Independen, dan Front Oposisi Rakyat Indonesia (FOR Indonesia), dan Gerakan Indonesia Bersih (GIB). Sebagian besar massa memilih aksi di depan Istana Negara.
Massa yang ditaksir berjumlah sekitar 5.000-an bergerak bergelombang ke Istana mulai pukul 13.47 WIB. Sepanjang jalan, mereka meneriakkan yel-yel yang menyatakan kegagalan Presiden SBY dalam 100 hari pemerintahannya. Sampai di depan Istana, massa berbelah dua. Massa GIB dan elemen mahasiswa memilih menggelar aksi di samping area Monumen Nasional, di depan Istana Presiden.
Mereka bergantian melakukan orasi di atas bak mobil terbuka. Pada saat bersamaan massa FOR Indonesia melakukan aksi di ujing Jalan Medan Merdeka Barat. Usman Hamid, salah satu aktivis GIB, sempat meminta aksi dalam satu koordinasi, tapi FOR Indonesia tetap meneruskan aksi sendiri. Saat dikonfirmasi Usman Hamid membantah ada perpecahan. Menurutnya, GIB dan FOR Indonesia masih satu visi, karena sama-sama memperjuangkan beberapa isu yang sama.
Isu yang di maksud adalah perhentian eksplorasi sumber daya ekonomi dan alam secara besar-besaran, pemberantasan korupsi, pemenuhan hak asasi manusia, perlindungan buruh, petani, dan nelayan, penghentian komersialisasi pendidikan dan kesehatan. "kelimanya itu,"kata Usman menjawab wartawan di sela-sela demo."Kami tidak dalam posisi guling menggulingkan pemerintahan".
Selain Usman Hamid, sejumlah tokoh tampil memimpin aksi tersebut. Mereka adalah pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Effendi Ghazali, mantan anggota DPR Ali Mochtar Ngabalin, dan beberapa pemimpin organisasi mahasiswa. Dalam orasi Effendi mengungkapkan sejumlah kegagalan SBY, seperti ketidak berdayaan melindungi TKI di luar negeri. "Ini mosi tak percaya yang merupakan pelopor power dalam spektrum kecil,"tekannya.
Demonstrasi di depan Istana mendapat pengawalan ketat dari aparat keamanan. Sepanjang jalan depan Istana Presiden, dipasang kawat berduri. Tidak hanya itu didepan kawat berduri berjejer polisi antihuru-hara. Aksi di depan kantor Wakil Presiden di Jalan Medan Selatan juga berlangsung tertib. Ratusan massa Gerakan Revolusi Putih tidak mendekat kekantor Wapres karena sejak pagi ujung Jalan Medan Merdeka Selatan deket Stasiun Gambir ditutup dengan kawat berduri.
Aksi mereka mempersoalkan kebijaksanaan pemberian dana talangan untuk Bank Century dan menurut Wapres Boediono dan Menteri keuangan. Sri Mulyani Mundur. Massa hanya terpaksa menyampaikan pendapat didepan Kedutaan Besar Amerika Serikat, sebelah timur kantor Wapres Boediono.
Setelah satu jam berorasi, massa yang merupakan gabungan elemen Jaringan Pemuda Penggerak (Jumper), Forum Komunikasi Muda-Mudi Depok (FKMD), Rakyat Pasti Menang (RPN), dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ini kemudian melanjutkan aksi ke Gedung Kementerian Keuangan di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Semoga dengan diadakannya berbagai demo yang ada, Presiden dan Wakil Presiden dapat memperbaiki dan membawa bangsa Indonesia ini menjuju yang lebih baik dari sekarang, Amin....
Menurut informasi yang saya dapatkan dari mesin pencari google bahwa sejumlah aksi demonstrasi mewarnai hari terakhir pelaksanaan program 100 hari pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan Wakil Presiden Boediono kemarin. Aksi melibatkan eksponen masyarakat, mahasiswa, dan lembaga swadaya Masyarakat (LSM). Demo bukan hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga di sejumlah daerah di Tanah Air. Secara Umum, Aksi yang di arahkan untuk mengkritik kinerja pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II dan beberapa isu lain ini berlangsung damai dan tertib. Insiden kecil hanya terjadi di Jakarta, Bandung, Jawa Barat, Pekanbaru, Riau, Makasar, dan Sulawesi selatan.
Di Jakarta, massa sempat melakukan aksi dorong dengan polisi yang berjaga tepat di pintu silang Monumen Nasional yang menghadap ke Istana Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara. Massa yang terlibat aksi saling dorong antara lain dari himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Kontras, dan Komite Aksi Serikat Buruh Indonesia.
Sejumlah tokoh seperti koordinator kontras Usman Hamid dan mantan anggota DPR Ali Mochtar Ngabalin juga tampak ikut berdemo. Dalam insiden tersebut, seorang aparat dari Samapta Polri terluka setelah terkena lemparan batu. Dari bandung dilaporkan, sekitar 5.000 pengunjuk rasa sempat terlibat dorong-mendorong dengan aparat di depan kantor Gubernur DPRD Jawa Barat di Kompleks Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung. Polisi juga mengamankan tiga pengunjuk rasa karena melempar balok kayu ke barikade Polri.
Merespons aksi demo tersebut, Presiden SBY mengimbau agar unjuk rasa dilakukan damai, tertib, dan tidak memakan korban jiwa. Menurutnya, dalam demokrasi unjuk rasa adalah hal biasa. Dia menyatakan akan mendengar kritik dan koreksi yang disampaikan. "Yang penting damai, jangan membuat korban. Kalau itu kembali (memakan korban jiwa) Jakarta bisa kembali ke 1998 (saat) rakyat susah dan kembali mundur,"ujar presiden, saat meresmikan Unit 1 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Banten 2 di Labuan, Banten, kemarin.
Pada kesempatan tersebut presiden juga mengungkapkan bahwa akhir-akhir ini banyak orang membicarakan program 100 hari KIB II. Menurutnya, ibarat tangga lagu, program 100 hari pemerintah menjadi "Lagu" yang paling banyak di bicarakan. Presiden mengaku terlalu merespons tuntutan mundur karena di anggap gagal menjalankan program 100 hari. Padahal, ujar presiden, program 100 hari adalah program biasa.
Artinya, pemerintah melaksanakan agenda prioritas dalam 100 hari untuk kemudian di lanjutkan dalam lima tahun mendatang. Presiden juga menyatakan akan memaparkan pencapaian program 100 KIB II dalam waktu dekat. Dia berharap masyarakat bisa ikut serta memeriksa kebenaran dari pencapaian program 100 hari di lapangan." nanti tolong di cek di lapangan. Program 100 hari ini menjadi policypemerintah,"ujar SBY.
Aksi di Jakarta tersebar di beberapa tempat, yakni Istana Negara, Istana Wakil Presiden, dan Gedung DPR/MPR di Senayan. Selain itu, aksi di gelar di Bundaran Hotel Indonesia (HI) dan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jalan Rasuba Said. Kondisi kota jakarta kemarin terlihat lengang dibanding hari biasa, walaupun sejumlah massa jauh dari diperkirakan -Mencapai 40.000 Demonstran.
Masyarakat tampak memilih mengurangi aktivitas karena tak mau mengambil resiko terjebak dalam kemelut aksi. Kepolisian juga mengantisipasi unjuk rasa dengan mengalihkan sejumlah jalur. Jalur di Gedung DPR/MPR yang menuju ke Grogol harus masuk ke tol dalam kota atau dialihkan ke Jalan Asia-Afrika. Jalan Salemba Raya dialihkan melalui Jalan Cikini Raya. Dilokasi tersebut demonstran menutup jalan dan melakukan pembakaran ban.
Pengguna jalan ke arah Medan Merdeka dan Merdeka Selatan dialihkan melalui jalan alternatif lain seperti Jalan Kebon Sirih. Dua koridor busway terpaksa dialihkan jalurnya, yakni koridor I jurusan BlokM-Kota dan koridor II jurusan Pulaugadung-Harmoni. Menurut informasi yang saya terima, aksi melibatkan puluhan elemen organisasi massa dan organisasi mahasiswa.
Selain PMII dan HMI, tampak pula massa Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Gerakan Indonesia Bersih (GBI), Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP), Seriket Buruh Independen, dan Front Oposisi Rakyat Indonesia (FOR Indonesia), dan Gerakan Indonesia Bersih (GIB). Sebagian besar massa memilih aksi di depan Istana Negara.
Massa yang ditaksir berjumlah sekitar 5.000-an bergerak bergelombang ke Istana mulai pukul 13.47 WIB. Sepanjang jalan, mereka meneriakkan yel-yel yang menyatakan kegagalan Presiden SBY dalam 100 hari pemerintahannya. Sampai di depan Istana, massa berbelah dua. Massa GIB dan elemen mahasiswa memilih menggelar aksi di samping area Monumen Nasional, di depan Istana Presiden.
Mereka bergantian melakukan orasi di atas bak mobil terbuka. Pada saat bersamaan massa FOR Indonesia melakukan aksi di ujing Jalan Medan Merdeka Barat. Usman Hamid, salah satu aktivis GIB, sempat meminta aksi dalam satu koordinasi, tapi FOR Indonesia tetap meneruskan aksi sendiri. Saat dikonfirmasi Usman Hamid membantah ada perpecahan. Menurutnya, GIB dan FOR Indonesia masih satu visi, karena sama-sama memperjuangkan beberapa isu yang sama.
Isu yang di maksud adalah perhentian eksplorasi sumber daya ekonomi dan alam secara besar-besaran, pemberantasan korupsi, pemenuhan hak asasi manusia, perlindungan buruh, petani, dan nelayan, penghentian komersialisasi pendidikan dan kesehatan. "kelimanya itu,"kata Usman menjawab wartawan di sela-sela demo."Kami tidak dalam posisi guling menggulingkan pemerintahan".
Selain Usman Hamid, sejumlah tokoh tampil memimpin aksi tersebut. Mereka adalah pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Effendi Ghazali, mantan anggota DPR Ali Mochtar Ngabalin, dan beberapa pemimpin organisasi mahasiswa. Dalam orasi Effendi mengungkapkan sejumlah kegagalan SBY, seperti ketidak berdayaan melindungi TKI di luar negeri. "Ini mosi tak percaya yang merupakan pelopor power dalam spektrum kecil,"tekannya.
Demonstrasi di depan Istana mendapat pengawalan ketat dari aparat keamanan. Sepanjang jalan depan Istana Presiden, dipasang kawat berduri. Tidak hanya itu didepan kawat berduri berjejer polisi antihuru-hara. Aksi di depan kantor Wakil Presiden di Jalan Medan Selatan juga berlangsung tertib. Ratusan massa Gerakan Revolusi Putih tidak mendekat kekantor Wapres karena sejak pagi ujung Jalan Medan Merdeka Selatan deket Stasiun Gambir ditutup dengan kawat berduri.
Aksi mereka mempersoalkan kebijaksanaan pemberian dana talangan untuk Bank Century dan menurut Wapres Boediono dan Menteri keuangan. Sri Mulyani Mundur. Massa hanya terpaksa menyampaikan pendapat didepan Kedutaan Besar Amerika Serikat, sebelah timur kantor Wapres Boediono.
Setelah satu jam berorasi, massa yang merupakan gabungan elemen Jaringan Pemuda Penggerak (Jumper), Forum Komunikasi Muda-Mudi Depok (FKMD), Rakyat Pasti Menang (RPN), dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ini kemudian melanjutkan aksi ke Gedung Kementerian Keuangan di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Semoga dengan diadakannya berbagai demo yang ada, Presiden dan Wakil Presiden dapat memperbaiki dan membawa bangsa Indonesia ini menjuju yang lebih baik dari sekarang, Amin....