Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pendidikan Karakter

Mbah Gendeng kemarin stres... Loh... Kenapa? Karena menurut informasi yang mbah gendeng dapatkan, bahwa prediksi ponsel turun pada perdagangan bebas yang akan datang. Hal tersebut akan mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi mbah gendeng, soalnya dia habis ngimpor handphone sebanyak 3000 unit, hendphone tersebut sudah di lengkapi dengan teknologi canggih, seperti misalnya di dukung dengan teknologi GPRS, Wireless, 3G, Bluetooth dan lain-lain. Pada waktu mbah gendeng mengimpor handphone tersebut dengan harga yang tinggi, setelah samapai di Indonesia diprediksikan harga ponsel akan turun, gimana mbah gendeng tidak stres, hehehehe...

Beralih ke topik utam, okey dilanjut.... Menurut mbah gendeng, paradigma sistem pendidikan takbisa lagi mendapatkan aspek kemampuan keilmuan sebagai ukuran keberhasilan. Lebih dari itu sistem pendidikan juga sudah mulai membangun karakter bangsa. Mantan Menteri Pendidikan Nasional Yahya Muhaimin mengumumkan, sistem pendidikan negeri ini harus melihat kembali penguatan dan pengembangan aspek pada kualitas karakter bangsa melalui anak didik. Ini di perlukan karena makin menurunnya kualitas etika dan tata krama anak-anak didik. Sebelum zaman kemerdekaan, lalu pada saat mencapai kemerdekaan dan mempertahankannya, indonesia dikenal sebagai bangsa dengan karakter kuat.

Saat ini karakter masyarakat Indonesia tidak sekuat pada masa lalu, sangatlah rapuh,"sebut Yahya. Menurut Yahya, pengabaian atas penurunan kualitas karakter, terutama pada anak-anak didik akan sangat membahayakan. Sebab dengan begitu kekuatan nilai budaya nasional akan hilang, sehingga entitas kultural Indonesia juga bisa runtuh. Salah satunya cara agar memperkuat budaya nasional dan dapat mengingatkan kita pada para pejuang yang telah mempertahankan bangsa Indonesia ini dari tangan penjajah yaitu dengan di adakannya kontes seo Festival Museum Nusantara, dengan adanya kontes seo tersebut maka akan memicu pembicaraan para blogger tentang museum-museum dan akan mengingatkan para pejuang bangsa Indonesia. Untuk membangun kembali spek karakter, Yahya menilai memerlukan peran dari semua pihak. Meski begitu, dia menyebutkan pemerintah bisa membangunnya dengan menjadikan sebagai program nasional yang diimplementasikan dalam kurikulum di bangku sekolah anak-anak didik.

Ada pun nilai-nilai yang di transfer ke anak-anak didik mencakup nilai kejujuran, dapat dipercaya, kebersamaan toleransi, tanggung jawab, dan kepedulian terhadap sesama dan lingkungan. Proses ini bisa dilakukan langsung dalam kegiatan belajar mengajar disekolah atau lembaga pendidikan. Perlu kerja keras untuk mendidik anak didik kita, kerja keras adalah energi kita untuk menuju anak didik yang berkualitas dan berguna bagi nusa dan bangsa. Menurut Cendekiawan Franz Magnis Suseno mengatakan,"Untuk mencapai generasi baru dengan karakter yang kuat, maka sistem pendidikan nasional harus mampu mengakomodasi dan mendorong pengembangannya. Ini dilakukan dengan memberikan keleluasan bagi anak-anak didik untuk berani mengambil inisiatif dengan tepat menekankan rasa tanggung jawab.

Menurut Franz, pembangunan karakter yang kuat pada anak didik akan gagal bila menempatkan anak pada posisi yang tidak memungkinkannya mengambil inisiatif dan mengembangkan rasa tanggung jawab."Anak harus di beri semangat dan didukung agar menjadi pemberani, berani mengambil inisiatif, berani mengusulkan alternatif, berani bersaing secara sehat misalnya dalam kontes Festival Museum Nusantara, Cerdas Cermat, lomba mata pelajaran, dan berani mengemukakan pendapat yang berbeda. Ia harus di ajarkan untuk berpikir sendiri,"sarannya. Sementara itu praktisi pendidikan Anita Lie mengatakan, pendidikan karakter yang dikembagkan diberbagai lembaga pendidikan dalam negeri masih banyak bergantung pada guru bimbingan dan penyulihan (BP).

Padahal keberadaan guru BP sulit sekali menjangkau keseluruhan siswa terkait pendidikan katakter tersebut. Terlebih, seringkali guru BP juga merangkap sebagai guru mata pelajaran. Ini membuat kosentrasi guru BP tersebut terpecah sehingga pendidikan karakter makin terbengkelai. Untuk itu, Anita menyarankan agar pendidikan karakter menjadi semangat semua guru atau pendidik. Dengan begitu, diharapkan implementasi kegiatan pendidikan karakter melalui transfer melalui nilai-nilai pembentukan karakter bisa lebih holistik atau terintegrasi dalam kegiatan pengajaran kurikulum.

Tidak bisa terpisah dengan yang sifatnya kognitif atau akademik,"jelasnya. Secara terpisah, pengamat pendidikan Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo, Sri Hartini menambahkan, perlunya pradigma pendidikan dalam negeri, mengedepankan aspek soft skill. Dalam aspek ini, anak didik didorong bersikap jujur, kesatria, inisiatif, tanggung jawab, mandiri, dan berani memimpin dirinya sendiri. "Yang lebih penting dan menamakan visi dan misi kehidupan,"jelasnya. Sri menuturkan, pradigma pendidikan yang berkembang saat ini lebih menekankan pada aspek keilmuaan dan keberhasilan materialistik," semuanya dalam rangka mengisi otak katanya. Terus bagai mana cara meningkatkan pagerank ? Tentunya tidak mudah dalam mengolah blog untuk menjadi berkualitas, semua perlu tahap dan waktu yang cukup lama....