Pendukung Pedana Menteri Berpawai
Sekedar mengingatkan saja bahwa pada postingan sebelumnya pada blog ini membahas tentang Wafatnya Pria Terpendek di Dunia dan kali ini nggo kontes akan membahas tentang Pendukung Pedana Menteri Berpawai. Menurut informasi yang di dapat Mbah Gendeng melalui cermin saktinya bahwa pendukung Pedana Menteri terguling di Thailand Thaksin Shinawatra berpawai di pusat kota Bangkok pada hari kemarin. Sebelumnya para pendukung Pedana Menteri tersebut telah menumpahkan darah di depan rumah Pedana Menteri Abhisit Vejjajiva sebagai bentuk protes anti pemerintah.
Pendukung Pedana Menteri atau PM Thiland terguling Thaksin Shinawatra menumpahkan darah didepan kediaman Pedana Menteri Abhisit Vejjajiva sebagai bentuk protes. Ribuan demonstran menuju kediaman Pedana Menteri Abhisit yang terletak di Shukhumvit Soi 31 sejak pukul 09.00. Dengan membawa lima hingga enam galon berisi darah manusia, Pro Thaksin yang tergabung dalam Front Bersatu untuk Demokrasi melawan kediktatoran (UDD) tersebut berangkat dari markas demonstran di dekat jembatan Phan Fa.
Aksi penumpahan darah semula dihalangi sekitar puluhan Polisi yang menjaga kediaman Abhisit. Para polisi sempat bersitegang dengan para demonstran, polisi akhirnya membiarkan pro Thaksin melakukan aksinya setelah bernegosiasi dengan kepala kepolisian Bangkok Whicai Sangprapai. Namun tidak semua pro Thaksin atau dikenal dengan sebutan Red Shirt (kaus Merah) bisa mendekati kediaman Abhisit.
Polisi hanya mengizinkan dua pemimpin UDD yaitu Jatuporn Prompan dan Arisman Pongruangrong serta sejumlah anggota Red Shirt untuk mendekat pagar rumah Abhisit. Di tengah hujan deras yang mengguyur Bangkok pada hari kemarin, para Red Shirt tersebut kemudian menumpahkan galon-galon berisi darah manusia di depan gerbang dan lantai di dekat pintu masuk kediaman Abhisit. Tidak cukup sampai disitu saja aksi para demonstrans, mereka juga melempari kediaman Abhisit denagn kantong-kantong yang berisi serta benda-benda lain melalui pagar.
Mereka melakukan aksi tersebut sebagai bentuk protes terhadap Abhisit yang tidak kunjung memenuhi permintaan demonstran yakni turun dari kursi Pedana Menteri dan menggelar pemilu. Darah tersebut adalah campuran seluruh darah masyarakat sipil yang memperjuangkan demokrasi, papar Natthawut Saikua, salah satu pemimpin Red shirt.
Saat para pro Thaksin beraksi, Abhisit tidak berada di kediamannya karena sedang menghadiri pemakaman Kepala Kepolisian Distrik Bannang Sata, provinsi Songkhla, Sompien Eksomnya, yang tewas di serang sekelompok pria bersenjata tepatnya pada hari jum'at tanggal 6 maret 2010 kemarin. Sama seperti Abhisit, keluarga sang Pedana Menteri juga sedang tidak tinggal di Sukhumvit Soi 31 karena sejak aksi protes berlangsung mereka tinggal di Batalion Infanteri 11 bangkok Utara.
Aksi penumpahan darah tidak hanya dilakukan dikediaman Abhisit tetapi juga dilakukan di kediaman penasihat raja Prem Tinsulanonda yang diyakini sebagai otak pengudetaan Thaksin. Dengan dipimpin Chalong Noisaeng , sekitar 50 pro Thaksin mendatangi kediaman Prem di Nakhon Ratchasima dan menumpahkan darah disana. Aksi penumpahan tersebut sebenarnya kurang disetujui banyak pihak, termasuk dari kalangan Red Shirt itu sendiri.
Selain dianggap tidak efektif, cara tersebut dinilai membahayakan kesehatan bagi orang yang diambil darahnya. Asosiasi teknologi medis Thailand atau yang lebih akrab disebut dengan AMTT melaporkan, dari darah yang didonasikan pro Thaksin ternyata banyak yang mengandung penyakit. Sekitar 2% darah tersebut ternyata positif terinfeksi HIV atau AIDS dan 5% mengandung virus hepatitis B dan C. Dan beberapa virus lain juga terbukti ada dalam darah yang disumbangkan tersebut.
Setelah melempar darah dikediaman Abhasit, Red Shirt bergerak menuju Kedutaan Besar atau Kedubes Amerika Serikat atau AS. Mereka menyerahkan surat permintaan agar Kedubes AS menjelaskan kebenaran laporan wakil Pedana Menteri Suthep Thaugsuban terkait isu sabotase. Beberapa hari lalu Suthep menyatakan ada laporan dari kementerian luar negeri asing yang menginginkan Thailand akan kemungkinan terjadinya sabotase.
Sabotase tersebut bukan hanya gosip karena terekam dalam percakapan telepon Thaksin. Meskipin Suthep tidak membeberkan negara mana, tapi pro Thaksin sepertinya yakin pihak yang melakukannya adalah AS. Aksi pro Thaksin di Kedubes AS semula dihalangi 100 personel keamanan kedaulatan, namun Jatuporn akhirnya diterima salah seorang pejabat Kedubes AS.
Dia mengatakan, AS tidak berhak menjelaskan laporan Suthep karena itu merupakan kewenangan pemerintah Thailand. Aksi protes yang dilakukan pro Thaksin berlangsung sejak tanggal 12 maret 2010 yang lalu dan belum ada tanda-tanda akan berakhir. Merka berjanji akan terus melakukan aksinya sampai tuntutan mereka terpenuhi.
Kemarin sekitar 60 senator menandatangani nota agar parlemen membuka debat umum untuk menyelesaikan perpecahan politik di Thailand yang terus terjadi selama empat tahun terakhir. Hari ini pihak oposisi juga menantang Abhisit untuk menghadiri pertemuan dengan mereka guna menyelesaikan perpecahan politik di Thailand.
Namun dari kubu Abhisit sepertinya tidak akan memenuhi undangan tersebut guna menghindari semakin tajamnya perpecahan. Tentu saja kami akan menghadiri acara tersebut, tapi untuk saat ini kami biarkan dulu agar kondisi lebih tenang dahulu. Jangan mementingkan emosi karena hanya akan memperuncing masalah, ucap Suthep.
Aksi penumpahan darah semula dihalangi sekitar puluhan Polisi yang menjaga kediaman Abhisit. Para polisi sempat bersitegang dengan para demonstran, polisi akhirnya membiarkan pro Thaksin melakukan aksinya setelah bernegosiasi dengan kepala kepolisian Bangkok Whicai Sangprapai. Namun tidak semua pro Thaksin atau dikenal dengan sebutan Red Shirt (kaus Merah) bisa mendekati kediaman Abhisit.
Polisi hanya mengizinkan dua pemimpin UDD yaitu Jatuporn Prompan dan Arisman Pongruangrong serta sejumlah anggota Red Shirt untuk mendekat pagar rumah Abhisit. Di tengah hujan deras yang mengguyur Bangkok pada hari kemarin, para Red Shirt tersebut kemudian menumpahkan galon-galon berisi darah manusia di depan gerbang dan lantai di dekat pintu masuk kediaman Abhisit. Tidak cukup sampai disitu saja aksi para demonstrans, mereka juga melempari kediaman Abhisit denagn kantong-kantong yang berisi serta benda-benda lain melalui pagar.
Mereka melakukan aksi tersebut sebagai bentuk protes terhadap Abhisit yang tidak kunjung memenuhi permintaan demonstran yakni turun dari kursi Pedana Menteri dan menggelar pemilu. Darah tersebut adalah campuran seluruh darah masyarakat sipil yang memperjuangkan demokrasi, papar Natthawut Saikua, salah satu pemimpin Red shirt.
Saat para pro Thaksin beraksi, Abhisit tidak berada di kediamannya karena sedang menghadiri pemakaman Kepala Kepolisian Distrik Bannang Sata, provinsi Songkhla, Sompien Eksomnya, yang tewas di serang sekelompok pria bersenjata tepatnya pada hari jum'at tanggal 6 maret 2010 kemarin. Sama seperti Abhisit, keluarga sang Pedana Menteri juga sedang tidak tinggal di Sukhumvit Soi 31 karena sejak aksi protes berlangsung mereka tinggal di Batalion Infanteri 11 bangkok Utara.
Aksi penumpahan darah tidak hanya dilakukan dikediaman Abhisit tetapi juga dilakukan di kediaman penasihat raja Prem Tinsulanonda yang diyakini sebagai otak pengudetaan Thaksin. Dengan dipimpin Chalong Noisaeng , sekitar 50 pro Thaksin mendatangi kediaman Prem di Nakhon Ratchasima dan menumpahkan darah disana. Aksi penumpahan tersebut sebenarnya kurang disetujui banyak pihak, termasuk dari kalangan Red Shirt itu sendiri.
Selain dianggap tidak efektif, cara tersebut dinilai membahayakan kesehatan bagi orang yang diambil darahnya. Asosiasi teknologi medis Thailand atau yang lebih akrab disebut dengan AMTT melaporkan, dari darah yang didonasikan pro Thaksin ternyata banyak yang mengandung penyakit. Sekitar 2% darah tersebut ternyata positif terinfeksi HIV atau AIDS dan 5% mengandung virus hepatitis B dan C. Dan beberapa virus lain juga terbukti ada dalam darah yang disumbangkan tersebut.
Setelah melempar darah dikediaman Abhasit, Red Shirt bergerak menuju Kedutaan Besar atau Kedubes Amerika Serikat atau AS. Mereka menyerahkan surat permintaan agar Kedubes AS menjelaskan kebenaran laporan wakil Pedana Menteri Suthep Thaugsuban terkait isu sabotase. Beberapa hari lalu Suthep menyatakan ada laporan dari kementerian luar negeri asing yang menginginkan Thailand akan kemungkinan terjadinya sabotase.
Sabotase tersebut bukan hanya gosip karena terekam dalam percakapan telepon Thaksin. Meskipin Suthep tidak membeberkan negara mana, tapi pro Thaksin sepertinya yakin pihak yang melakukannya adalah AS. Aksi pro Thaksin di Kedubes AS semula dihalangi 100 personel keamanan kedaulatan, namun Jatuporn akhirnya diterima salah seorang pejabat Kedubes AS.
Dia mengatakan, AS tidak berhak menjelaskan laporan Suthep karena itu merupakan kewenangan pemerintah Thailand. Aksi protes yang dilakukan pro Thaksin berlangsung sejak tanggal 12 maret 2010 yang lalu dan belum ada tanda-tanda akan berakhir. Merka berjanji akan terus melakukan aksinya sampai tuntutan mereka terpenuhi.
Kemarin sekitar 60 senator menandatangani nota agar parlemen membuka debat umum untuk menyelesaikan perpecahan politik di Thailand yang terus terjadi selama empat tahun terakhir. Hari ini pihak oposisi juga menantang Abhisit untuk menghadiri pertemuan dengan mereka guna menyelesaikan perpecahan politik di Thailand.
Namun dari kubu Abhisit sepertinya tidak akan memenuhi undangan tersebut guna menghindari semakin tajamnya perpecahan. Tentu saja kami akan menghadiri acara tersebut, tapi untuk saat ini kami biarkan dulu agar kondisi lebih tenang dahulu. Jangan mementingkan emosi karena hanya akan memperuncing masalah, ucap Suthep.