Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aktivitas Penerbangan Dari Dan Ke Bandara Mozes Kilangin Timika

Aktivitas penerbangan dari dan ke Bandara Mozes Kilangin Timika, Papua, terancam lumpuh total dalam satu atau dua hari ke depan, lantaran pasokan avtur yaitu bahan bakar pesawat terbang dari Pelabuhan Portsite Amamapare semakin minim.

Kepala Bidang Perhubungan Udara Dinas Perhubungan Timika, John Rettob, Selasa mengatakan, PT Freeport Indonesia telah mengirim surat resmi ke PT AVCO selaku pengelola Bandara Mozes Kilangin Timika bahwa mulai Kamis (14/7/2011) semua penerbangan komersial dari dan ke Timika tidak mendapat avtur.

Minimnya pasokan avtur ke Bandara Mozes Kilangin Timika dari Pelabuhan Portsite Amamapare merupakan dampak dari adanya aksi mogok ribuan karyawan PT Freeport Indonesia sejak Senin (4/7/2011) hingga hari ini. Kami mendapat informasi dari Kepala Bandara Mozes Kilangin Timika bahwa mulai 14 Juli semua penerbangan komersial dari dan ke Timika tidak mendapat avtur," kata John.

John menyatakan prihatin jika kondisi tersebut benar-benar terjadi karena akan sangat mengganggu pelayanan masyarakat umum yang hendak bepergian ke berbagai wilayah pedalaman dengan menggunakan pesawat terbang perintis maupun ke Jayapura, Makassar, Denpasar dan Jakarta dengan menggunakan maskapai Garuda Indonesia dan Merpati Nusantara.

"Kalau hal itu benar-benar terjadi maka mengakibatkan semua rute penerbangan terutama ke wilayah pedalaman akan lumpuh. Hal ini tentu sangat merugikan masyarakat umum," tutur John dengan nada prihatin.

Menurut John, kondisi yang terjadi di Bandara Mozes Kilangin Timika tersebut sudah dilaporkan ke Direktorat Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan.

Sesuai laporan dari PT AVCO selaku pengelola Bandara Mozes Kilangin Timika, demikian John, selama beberapa hari terakhir pasokan avtur dari Pelabuhan Portsite Amamapare ke Bandara Mozes Kilangin Timika semakin minim.

Dalam kondisi normal, kebutuhan avtur untuk melayani penerbangan seluruh maskapai yang singgah di Bandara Timika mencapai sekitar 50 ribu kilo liter (KL). Namun sejak aksi mogok kerja ribuan karyawan PT Freeport sejak Senin, delapan tanki penampung avtur milik PT Freeport Indonesia yang berada di Bandara Mozes Kilangin Timika tidak seluruhnya terisi.

Hal senada disampaikan Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Mimika, Suparno. "Dampak dari aksi mogok karyawan Freeport memang sangat berpengaruh terhadap sektor transportasi, terutama transportasi udara. Kita berharap masalah tersebut secepatnya diselesaikan agar tidak sampai berdampak luas pada pelayanan umum," harap Suparno.

Menurut dia, maskapai penerbangan yang mengoperasikan pesawat berbadan lebar seperti Garuda Indonesia dan Merpati Nusantara sudah mengantisipasi keterbatasan avtur di Bandara Timika sehingga kedua maskapai penerbangan milik pemerintah itu sudah mengisi avtur di Jayapura, Makassar dan Denpasar.

Namun bagi pesawat berbadan kecil yang melayani rute penerbangan ke wilayah pedalaman, hal tersebut sulit diatasi karena sebagian besar home basednya berada di Timika. Menurut Suparno, selama ini Timika menjadi salah satu pusat konsentrasi penerbangan perintis ke wilayah pedalaman Papua, dimana setiap pekan melayani sekitar 17 rute penerbangan ke wilayah pedalaman.

Meski sudah terjadi kesepakatan bersama antara manajemen PT Freeport Indonesia dengan pihak karyawan yang diwakili oleh PUK FSP-KEP SPSI PT Freeport di Gedung DPRD Mimika, Senin (11/7/2011) malam, namun hingga Selasa (12/7/2011) petang ribuan karyawan PT Freeport belum kembali ke tempat kerja mereka di Tembagapura, Pelabuhan Portsite Amamapare dan areal kerja PT Freeport lainnya. Demikian catatan online Blogger Indonesia yang berjudul Aktivitas penerbangan dari dan ke Bandara Mozes Kilangin Timika.